buluwaktu
Buku Puisi Sastra Reboan #3
Pengarah:
Yo Sugianto
A Slamet Widodo
Kurator:
Dedy Tri Riyadi
Sofyan RH. Zaid
Zabidi Zay Lawanglangit
Editor:
Budhi Setyawan
Setiyo Bardono
Weni Suryandari
Supervisi Penerbitan:
Ilenk Rembulan
Dyah Kencono Puspito Dewi
Sampul:
Zabidi Zay Lawanglangit
Atak:
Apip R. Sudradjat
Cetakan Pertama:
Desember 2018
ISBN:
978-602-5819-27-8
x + 158 hlm. – 14,5 X 21 cm
Penerbit:
Yayasan Sastra Reboan Indonesia
&
TareBooks
(Taretan Sedaya International)
Jl. Jaya 25, Kenanga IV, Cengkareng
Jakarta Barat 11730
0811 198 673
taresi.publisher@gmail.com
Catatan Kurator
“Waktu dan ingatan adalah seniman yang sebenarnya, mereka membentuk kenyataan mendekati apa yang diinginkan hati.”
John Dewey
Albert Einstein pernah bertanya: “Apa alasan waktu itu ada?” Dia menjawabnya sendiri: “Agar semua peristiwa dalam hidup ini tidak terjadi secara sekaligus, apalagi jika itu adalah peristiwa buruk.” Kemudian, apa sih yang spesial dari waktu? Perubahan! Ketika dua orang sahabat bertikai hari ini, saling membenci, bahkan tidak ada maaf lagi, di hari kemudian, saat emosi padam, mereka akan kembali bersahabat seperti semula. Demikianlah fungsi waktu yang romantis dalam kehidupan kita.
Namun meski demikian, waktu juga makhluk yang sadis. Barang yang hilang masih bisa dicari, uang yang kurang masih bisa ditambah. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi waktu. Waktu yang hilang, tidak bisa dicari, waktu yang kurang, juga tidak bisa ditambah. Itu artinya, kita harus benar-benar memanfatkan waktu dengan baik. Waktu lebih berharga dari sekadar bukan uang. Ali bin Abi Thalib mendefinisikan waktu sebagai pedang yang tajam. Ia bisa menebas kapan saja. Baik menebas untuk kejayaan kita, atau menebas leher kita sendiri.
Itulah sebabnya, Sastra Reboan memilih waktu sebagai tema untuk buku antologi bersama ketiganya. Sastra Reboan merupakan program dari Penguyuban Sastra Rabu Malam (PaSaR Malam) yang digelar pada Rabu malam setiap bulannya sejak tahun 2008. Dalam perjalanannya yang 'jatuh bangun', tidak terhitung berapa ratus sastrawan dan seniman telah tampil, dan berapa jumlah buku telah didiskusikan di panggung Sastra Reboan. Selain itu, sebagai langkah untuk terus menjaga dan turut menumbuhkan tradisi literasi di Indonesia, Sastra Reboan juga menerbitkan beberapa buku antologi bersama.
Membuat sebuah antologi bersama bukanlah perkara mudah. Tercatat dalam kurun waktu 10 tahun Sastra Reboan, hanya sanggup menerbitkan 3 buku antologi bersama, yakni: Kerlip Puisi, Gebyar Cerpen, Detak Nadi Saatra Reboan (2011), Cinta Gugat (2012), dan Bulu Waktu (2019) untuk menandai momentum 10 tahun perjalanan Sastra Reboan. Ketiga buku tersebut, menghimpun karya sastra para sastrawan dari berbagai penjuru di Indonesia.
Perjalanan panjang dari proses kuratorial hingga penyusunan naskah buku ketiga ini berjalan sangat alot dan terseok. Bahkan sempat mengalami penundanaan karena persoalan teknis. Puji Tuhan; Alhamdulillah, buku ini pun akhirnya selesai dan sampai ke tangan publik sastra Indonesia.
Puisi-puisi yang terhimpun dalam antologi ini sangatlah beragam. Kami memilih dan memilih dari ratusan naskah puisi yang dikirimkan, dengan berbagai pertimbangan. Utamanya ialah di samping teks puisi yang setidaknya memenuhi standar kualitas karya, tidak melenceng dari tema juga mengedepankan azas pemerataan dari seluruh kawan-kawan penulis di seluruh tanah air. Tentu saja tidak semua naskah yang baik, bisa diloloskan karena ada hal terakhir yang menjadi pertimbangan, yaitu keterbatasan ruang. Untuk itu, kami mohon maaf kepada para penyair yang karyanya belum lolos kurasi.
Awalanya kami merencanakan hanya mengambil 110 puisi saja untuk buku antologi puisi Sastra Reboan #3 guna menandai momentum 10 Tahun Sastra Reboan. Kenapa 110? Karena mengacu pada angka 10 sebagai dua angka terakhir, usia Sastra Reboan. Namun rencana tersebut berubah. Kami akhirnya sepakat untuk membukukan 134 puisi. Kenapa? Setidaknya karena tiga alasan, yaitu: (1) Angka 134 menunjukkan 1 (10 tahun) 3 (tanggal 30) 4 (bulan April), karena Sastra Reboan lahir pada tanggal 30 April 2008 dan telah berusia 10 tahun hingga 2018; (2) Agar buku antologi puisi Sastra Reboan #3 berbeda berdasarkan jumlah puisi dengan buku Sastra Reboan #2 Cinta Gugat yang berisi 110 puisi; dan (3) Agar buku antologi puisi Sastra Reboan #3 lebih representatif menampilkan puisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan kesepakatan bersama, buku Sastra Reboan #3 ini diberi judul Bulu Waktu berdasarkan usulan Dedy Tri Riyadi. Ada tiga pertimbangan utama kenapa judul tersebut yang akhirnya disepakati dari sekian judul yang diusulkan, yakni:
(a) Judul Bulu Waktu merupakan frasa yang unik dan tidak biasa; (b) Kata "bulu" selain bermakna kamus, juga berarti kependekan dari nama tempat Bulu-ngan, Blok M, Jakarta Selatan, di mana acara panggung Sastra Reboan biasa berlangsung sejak awal; dan (c) Kata "waktu" mengacu pada tema buku antologi puisi Sastra Reboan #3 tersebut.
Pada akhirnya, masyarakat sastra Indonesia yang akan menilai apakah sebuah buku antologi puisi ini akan bisa diterima dan diapresiasi. Harapan kami semoga langkah kecil ini bisa menjadi pendorong semangat bagi segenap insan sastra sekaligus memperkaya khasanah sastra di tanah air.
Kami mengucapkan terima kasih, khususnya pada Pak Slamet Widodo (pembina Sastra Reboan), Pak Mustrari Irawan (Kepala ANRI), para penyair yang telah berpartisipasi dalam antologi puisi sastra Reboan #3, dan kepada semua pihak yang telah bersusah payah meluangkan waktu, tenaga, dan dana, hingga buku ini bisa terbit.
Tentu saja, buku ini masih jauh dari sempurna, baik dari sisi kontens maupun bentuknya. Namun kami setuju dengan Napoleon Hill bahwa “kita tidak boleh menunggu! Tidak ada waktu yang tepat untuk memulai. Mulailah dari titik di mana Anda berdiri dan kemampuan yang Anda miliki. Kemampuan yang lebih baik akan muncul dalam perjalanan”.
Salam.
Jakarta, 12 April 2019
Kurator:
Zabidi Zay Lawanglangit
Dedy Tri Riyadi
Sofyan RH. Zaid
____
DAFTAR ISI
Catatan Kurator | iii
Abah Yoyok – AKU DAN WAKTU | 2
Abd Sofi – WAKTU | 3
Abdul Mukhid – AKULAH WAKTU | 4
Ade Novi – MENGINGATMU | 5
Agus Grave – SECANGKIR ASA | 6
Agus Pramono – ADAKAH TERSISA WAKTU | 7
Ahmad Kohawan – RENJANA DIAMLAH | 8
Ahmad Zubaidi – KHOTBAH WAKTU | 9
Alex R Nainggolan – CATATAN SEBUAH TAHUN | 11
Alfian Dippahatang – MENDARAT PENUH LUKA | 12
Alvin Zhul Vatrcik – SEPOTONG PESAN | 13
Arham Wiratama – MEMORI SEKERAS LONSDALEITE | 14
Ariffin Noor Hasby – TAK ADA PUISI YANG MEMANGGILKU HARI INI | 15
Armen S. Doang – HALTE INGATAN | 16
Astrajingga Asmasubrata – ANNO 1998 | 17
Azizi Sulung – JAM TANGAN | 18
Bambang Supranoto – ALUN-ALUN TUBAN, SUATU SIANG | 19
Bambang Widiatmoko – PANGGUNG | 20
Bangkit Prayogo – SELEMBAR KENANGAN DI MATA HUJAN | 21
Bagus Likurnianto – MENUNGGU | 23
Branjangan Sh – EPISODE REBOAN | 24
Budhi Setyawan – BERTAUT HARI | 25
Cucuk Espe – KOSONG | 26
Daviatul Umam – KAU SEDANG BERJALAN MEMENUHI PANGGILANKU INI TAPI TIDAK TAHU KAPAN AKAN SAMPAI ATAU MALAH TAK AKAN PERNAH | 27
Deni Purnomo – BELUM TIBA | 28
Deri Hudaya – MENULIS PUISI | 29
Dewi Sukmawati – HARI PENGADU | 31
Dharmadi DP – SAAT BERDIRI RAGU | 32
Dian Rusdiana – KETIKA WAKTU TELAH PERGI | 33
Diana Prima Resmana – MESIN WAKTU | 34
Dimas Mizhi – TADARRUS 10 NOVEMBER 1945 | 35
Dyah Kencono – RAHASIA WAKTU | 37
Eddie MSN Soemanto – KUHIRUP WAKTU | 38
Eddy Pramduane – MENUNGGU | 39
Eddy Pranata – PERISTIWA KECIL | 40
Edrida Pulungan – JAM PASIR | 41
Emi Suy – LANGKAH WAKTU | 42
Erna Winarsih Wiyono – WAKTU DAN ARLOJI PRIA | 43
Fahmi Wahid – MEMUNGUT BINGKAI WAKTU YANG TERLEPAS | 44
Fajrin Yusristian – LANSKAP MEMBANGUN MANUSIA DARI SERPIHAN SUNYI DAN HAMPIR KERING | 45
Faris Al Faisal – PEDANG TERHUNUS | 46
Feni Effendi – KISAH SENJA | 47
Gansu Karangnio – JELAJAH | 48
Goenawan Monoharto – WAKTU TAKUT | 49
Gunta Wirawan – WAKTU ADALAH PEDANG | 50
Hadi Sastra – ROMANTIKA DI REBOAN | 51
Hafidatul Faisyah – BERI AKU SEDIKIT WAKTU | 53
Hardian Rafellia – SEHELAI WAKTU DI RAMBUT IBU | 54
Harisman – JAM DINDING | 55
Hasan Bisri BFC – WAKTU, CERMIN, USIA | 56
Hendri Krisdiyanto – KERAJAAN KHAYAL | 57
Heni Hendrayani – REMANG PETANG | 58
Heru Murgiarso – MENARA PAGI | 59
Hudan Nur – I KNOWKEEP SMILE, BEN | 60
I Made Kridalaksana – METAFORA SANG JARUM | 61
Ibna Asnawi – TRAGEDI BERPISAH | 62
Ihsan Subhan – SETANGKAI JEMBATAN YANG BERKELILING DI TUBUHMU | 63
Ilenk Rembulan – MENGENANG KEMATIAN | 64
Indra Intisa – SUNGAI BATANGHARI | 66
Irawan Sandhya Wiraatmaja – AIR MATA DI KEDALAMAN WAKTU | 68
Irma Novia Damayanti – MEMASUKI GERBANG PERTAMA | 69
Irvan Mulyadie – PENTAS | 70
Isbedy Stiawan ZS – SATU SAJAK EMPAT BAGIAN | 71
Itov Sakha – BUNGA | 72
Joshua Igho – SHOLAWAT WAKTU | 73
Julaiha S – STASIUN WAKTU | 75
Juli Prasetya – PERON KEBERANGKATAN | 77
Julia Utami – MELUPA PADA EMBUN | 78
Kakanda Redi – SKETSA HITAM PUTIH OKTOBER | 79
Khairuz Zaman NT – LAUTAN WAKTU | 80
Kidung Purnama – HUJAN SEPTEMBER |81
Kurnia Effendi – GUGUR WAKTU | 82
M Najibur Rahman – PADA SEBUAH REUNI | 83
Mahdi Idris – JAM KEBERANGKATAN | 84
Marlin Dinamikanto – NOSTALGIA DI PINGGIR BLUMBANG | 85
Martin Da Silva – MEMORIA | 85
Muhammad Daffa – WAKTU ADAM UNTUK HAWA DI BUMI | 87
Muhammad Muhlis – FEBRUARI | 86
Muhammad Nanda Fauzan – HARI KEMATIAN ALMANAK | 90
Nanang R Supriyatin – BUKU ZAMAN DAN CATATAN HARI TUA | 91
Nasrullah Thaleb – SETIAP WAKTU ADALAH LELUCON | 92
Nduk Win – JERAM USIA | 93
Neni Yulianti – JARUM JAM DI TUBUHKU | 94
Ni Made Rai Sri Artini – PINTU WAKTU | 95
Ni Wayan Idayati – MENYUSUR JEJAK LELUHUR | 96
Niken Bayu Argheni – KALA | 97
Nila Hapsari – SIHIR WAKTU | 99
Noer Alfarizi – AKU INGIN PULANG | 100
Norrhaman Alif – Fragmentasi Waktu | 102
Novi Noorhayati Syafrida – MENGUNJUNGI RUMAHMU | 103
Novia Rika – AKAR JIWA | 104
Nugroho Suksmanto | 105
Nyoman Sukaya S – RESONANSI | 106
Pringadi Abdi – AKU BERUTANG PADAMU SATU JALAN PULANG | 107
Putu Gede Pradipta – SABTU | 108
Ramli Marpaung – CATATAN MALAM IV | 109
Ratna Wulandari – AJIAN JUMAT PAGI | 110
Rayahbi – SAJAK SEPANJANG HARI | 112
RD Nano Angka – GERBANG SENJA | 113
Riduan Hamsyah – DI TEPI WAKTU | 114
Rifki Syarani Fachry – TENTANG KERETA | 115
Rofqil Junior – ANDERENAT | 117
Rudi Syarif – JALAN SETAPAK DAN LAYANG-LAYANG | 118
Rusdi El Umar – TAKDIR WAKTU KEMATIAN | 119
Ryan Fendi – SANGKALAMANGSA | 120
Sahaya Santayana – KELANA SENJA | 121
Saiful Huda – LUKISAN KECIL TENTANG WAKTU (1) | 122
Salimi Ahmad – SASTRA REBOAN | 123
Salman Yoga S – MENGUAS PELANGI PADA WAKTU | 124
Selendang Sulaiman – DI SUDUT CAFE | 125
Setyo Bardono – LORONG WAKTU | 126
Shine Ane Elposya – DELAPAN JAM | 127
Slamet Widodo – WAKTU | 128
Sufyan Abi Zet – MATA SINGKAL | 131
Sujud Arismana – RANTING KERING | 132
Suyitno Ethex – KAPAN | 133
Tajullail Dasuki M – USIA DUA PULUH LIMA TAHUN | 134
Umar Fauzi Balla – MEDITASI | 135
Ummi Rissa – ISYARAT LAUTAN | 137
Wahyu Budiantoro – MENZIARAHI WAKTU: MASA KECIL | 139
Wayan Jengki Sunarta – SOLILOKUI | 141
Weni Suryandari – DI TAWANGMANGU | 142
Wig SM – WAJAH API PENCURI HATIKU | 143
Wildan Chopa – KETABAHAN | 145
Wirja Taufan – EPISODE WAKTU DINDING DAN PINTU-PINTU | 146
Yahya Andi Saputra – AKU KEHABISAN WAKTU | 147
Yana Risdiana – SEPERTI PELUKAN IBU | 148
Yayang Wiharja – MUNGKIN ESOK, NEINYA | 149
Yo Sugianto – BUTIRAN AIR | 150
Zain Munfashil – WAKTU MEMASAK | 151
Zaki – KEPADA WAKTU | 152
Zen Zaini – KITA ADALAH SUNGAI-SUNGAI | 153
Zham Sastera – BUKAN DIORAMA HUJAN KOTA INI | 155
Zhevita Heriyani – SAJAK PERNIKAHAN | 157
Bagikan ya:
comment 0 comments
more_vert